Antara akhir Januari dan pertengahan Februari keturunan Tionghoa merayakan tahun baru cina atau yang disebut perayaan imlek sebagai penanda pergantian kalender China. Kata imlek sendiri berasal dari bunyi dialek Hokkian yang dalam bahasa Mandarin disebut yin li (1).
MISKONSEPSI UCAPAN
Ada miskonsepsi ketika orang memberi ucapan perayaan imlek. Keturunan Tionghoa biasanya memberi ucapan menggunakan frasa “Xīnnián kuàilè” (新年快乐/新年快樂) ,”Guònián hǎo” (过年好), “Bàinián le” (拜年了), “Bàinián la” (拜年啦). Jika bertujuan untuk memberi doa dan harapan, maka biasanya orang-orang menggunakan frasa “Kung hei fat choi” (bahasa Kantonis), “Kiong hi huat cai” (bahasa Hokkien), dan “Kiong hi fat choi” (bahasa Hakka). Namun khalayak umum telah terbiasa mengatakan Gong Xi Fa Cai untuk memberi selamat tahun baru cina. Padahal arti dari Gong Xi Fa Cai bukanlah selamat tahun baru melainkan “Semoga mendapat kekayaan yang makin melimpah”(2). Namun karena maksud dan tujuannya sama-sama baik, jarang orang mengoreksi hal tersebut.
TRADISI WAJIB
Selain itu, keturunan Tionghoa juga mempunyai tradisi-tradisi saat merayakan imlek. Seperti diantaranya dengan berkumpul bersama keluarga besar untuk mempererat tali persaudaraan, melakukan Kiong Hie (sungkem dengan orang yang lebih tua) untuk meminta doa yang terbaik dalam menjalani hidup kedepan.
Ketika keluarga besar telah berkumpul, ada tradisi lain yang tidak bisa dilewatkan, yaitu saling berbagi angpao. Angpao bisa diberikan ke orang yang lebih muda atau tua. Tetapi hal tersebut hanya bisa dilakukan oleh mereka yang sudah berkeluarga. Angpao tidak boleh mengandung angka 4 karena dianggap sebagai pembawa sial. Nominalnya juga tidak boleh ganjil karena berkaitan dengan pemakaman. Berbagi angpao diyakini membuat rezeki semakin lancar di kemudian hari.
Ada juga pagelaran barongsai dan liong (naga). Barongsai sendiri dipercaya menjadi lambang dari kebahagiaan dan kesenangan. Tariannya pun dipercaya membawa keberuntungan, dan juga menjadi salah satu cara mengusir roh-roh jahat yang akan mengganggu manusia.
KULINER YANG TIDAK BISA TERLEWAT.
Imlek tak bisa lepas dari berbagai kuliner yang lekat dengan perayaannya. Salah satu yang wajib ada saat perayaan adalah kue keranjang. Makanan itu dianggap sebagai simbol rejeki yang lebih baik di tahun baru. Selain itu kue keranjang juga melambangkan harapan agar keluarga bisa selalu bersatu dan hidup rukun. Kuliner lain yang tak kalah menarik adalah mie atau misoa. Menu itu melambangkan umur panjang. Perlu diketahui juga ada kepercayaan bahwa saat makan mie atau misoa, tidak boleh sengaja dipotong. Dipercaya dapat memperpendek umur. Selain itu ada manisan dan permen berbentuk jeruk yang melambangkan kemakmuran. Jeruk mandarin juga punya arti kemakmuran rejeki yang selalu bertumbuh. Kue lapis legit melambangkan rejeki yang berlimpah. Babi panggang dipercaya membawa keberuntungan. Dan pada saat Cap Go Meh atau hari terakhir perayaan Imlek di hari ke-15, Onde-onde tidak boleh terlewat. Jajanan tersebut dipercaya membawa keberuntungan karena keturunan Tionghoa menganggap makanan ini adalah simbol harapan baik di tahun baru.
MERAH WARNA IMLEK?
Nuansa yang selalu identik dengan perayaan Imlek adalah nuansa Merah. “Sebenarnya tidak ada ketentuan juga untuk (warna merah) ini, karena bebas juga. Tapi memang disarankan warna merah,” ucap salah satu umat gereja kristus raja. Yang dimaksud ‘bebas’ oleh beliau adalah penggunaan warna-warna terang seperti merah, kuning, hijau dan biru. Yang perlu diperhatikan, saat perayaan tidak diperkenankan menggunakan nuansa monokrom atau hitam dan putih. “Karena kalau memakai baju warna hitam dan putih dianggap membawa sial. Sama dianggap sebagai ungkapan rasa duka.” ungkap salah satu umat gereja kristus raja.
Warna merah menunjukkan keberuntungan dan kebahagiaan. Warna kuning melambangkan pertumbuhan. Warna hijau dan biru melambangkan pertumbuhan dan digunakan untuk mewakili umur panjang dan keharmonisan. Apabila warna hijau dan merah dikombinasikan menunjukkan keberuntungan dan pertumbuhan pada tahun baru imlek(3).
Perayaan imlek bagi keturunan Tionghoa tentu sangat bermakna untuk mereka dan ada juga yang memandang atau memiliki makna tersendiri di setiap individu. “Kita diajarkan untuk selagi masih hidup hendaknya luangkan waktu untuk berkumpul bersama keluarga, karena berkumpul bersama keluarga merupakan ungkapan syukur.” Ada juga yang mengatakan, “menurut saya (imlek dirayakan untuk) menghormati leluhur yang lebih tua dalam Cina, dan juga berbagi kebahagiaan dalam suatu acara.”
Mari kita sambut tahun baru ini dengan penuh sukacita dan rasa bersyukur. Semoga perayaan imlek ini membawa berkat dan perubahan yang lebih baik bagi kita dan sesama serta menjadikan pelecut semangat kebersamaan dan toleransi.
Zhù xīnnián kuàilè, bìng yuàn nǐ xìngfú jíxiáng, qiánchéng sì jǐn – Semoga Tahun Baru membawa banyak hal baik dan berkah kaya untuk Anda dan semua orang yang Anda cintai! (4)
Penulis : GR (Mikael) dan AG (Lukas)
Editor : AA
Referensi