SEJARAH SINGKAT PAROKI KRISTUS RAJA UNGARAN

Awal kekatolikan di Ungaran tidak lepas dari kehadiran warga keturunan Indo dan Tionghoa di daerah Ungaran. Mereka merupakan pengelola perkebunan di lereng dan lembah gunung Ungaran. Mecrow de Jong amat berjasa bagi perkembangan gereja Ungaran. Ia membangun rumah doa di pekarangannya sendiri dan menyerahkan rumah doa beserta tanah kepada Gereja lewat Romo Verhoeven SJ. Peletakan batu pertama dilaksanakan oleh Romo J. Van Rijkevorsel SJ, pastor paroki Ambarawa, pada tanggal 22 Januari 1933.

Di masa peralihan masa pra Kemerdekaan Indonesia, Stasi Ungaran menderita karena krisis pelayanan iman para romo karena banyak romo Belanda dipenjara atau pulang ke negerinya karena alasan keamanan. Dan beberapa meninggal dunia karena terbunuh. Setelah situasi aman, mulai tahun 1949 dengan tekun para romo mulai melayani kembali umat Ungaran. Kehadiran para gembala ini mengobarkan api semangat umat Stasi Ungaran untuk kembali menjadi orang katolik yang tangguh. Umat mulai bangkit kembali mewartakan Kristus dengan tidak takut. Kebangkitan iman umat Katolik Ungaran ini  ditandai dengan adanya baptisan massal pada tanggal 1 November 1956. Kurang lebih 100 umat dewasa dibaptis menjadi katolik.

Seiring dengan adanya romo yang mulai menetap di Ungaran pada tahun 1959, Gereja Ungaran semakin mekar. Romo pertama yang menetap di Ungaran adalah Romo A. Spekle SJ. Pada tahun 1961 estafet penggembalaan umat Ungaran diserahkan dari Ordo Serikat Jesus kepada kongregasi MSF. Dalam tahun 1965-1974 di bawah pelayanan Romo M.L. Schoots MSF banyak peristiwa penting dapat dicatat. Pada tahun-tahun itu penambahan umat semakin besar. Tahun 1965 Stasi Ungaran secara definitif ditetapkan menjadi Paroki Kristus Raja Ungaran.

Baptisan paling banyak terjadi pada tahun 1966-1968 sesudah G 30S PKI. Umat Katolik pada waktu itu tersebar di beberapa wilayah, yaitu Pudak Payung, Gunung Pati, Nyatnyono, Candirejo, Lerep, Susukan, Bandarjo, Genuk, Keji, Sidomulyo, Kalirejo, Kalikayen, Leyangan, Kalongan, Beji, Gogik, Langensari,Gedanganak,dan Sitoyo.

Tahun 1976 Bapa Yustinus Cardinal Darmojoewono  mengutus Romo Aloysius Hantara Pr (1976-1986) untuk bertugas di Paroki Ungaran. Selanjutnya antara lain Romo Vincentius Kartasudarma Pr (1986-1989), Romo Antonius Tri Wahyono Pr (tahun 1989-1992), Romo Fransiskus Asisi Martana Pr (1992-1994), Romo Aloysius Budyapranata Pr (1994-2000), Romo Stanislaus Kotska Suhartana Pr (2000-2011).

Melihat bangunan fisik Gereja Kristus Raja Ungaran sudah sangat memprihatinkan sehingga hidup menggereja dan pelayanan ibadah tidak terdukung dengan baik dan tidak menampung jumlah umat karena pertambahannya yang cukup signifikan. Setelah mempersiapkan rencana detail konstruksi dan bangunan maka pada tanggal 24 Nopember 2004 bertepatan dengan pesta nama pelindung Paroki, dimulailah pembangunan secara bertahap. Pembangunan tahap pertama gedung pastoran, tahap kedua gedung gereja yang diresmikan tanggal 24 Mei 2008, dan tahap ketiga pembangunan ruang serba guna dan menara diresmikan tanggal 21 November 2010.

Selain pembangunan fisik, pembangunan solidaritas kepada mereka yang kecil pada masa ini juga mendapat perhatian. Solidaritas ini diwujudkan dengan mengadakan Tabungan Cinta Kasih. Pada masa ini pula, jumlah umat meningkat. Pada tahun 1996 jumlah umat sebanyak 3.411 jiwa, 2003 jumlah umat sebanyak 4.424 jiwa. Jadi rata-rata pertambahan umat per tahun 145 jiwa atau 4%.

Dalam perjalanan waktu, pada bulan Agustus 2011 Romo St. Suhartana berpindah tugas dan digantikan oleh Romo P Supriya Pr bersama Romo JC Heru Purnomo Pr, Romo Yakobus Sudarmadi Pr, dan di tahun 2021 ini Romo H. Notowardaya Pr. menjabat sebagai Pastor Kepala dibantu oleh Romo Juned Triatmo Pr.

Sampai dengan awal tahun 2021, Paroki Kristus Raja Ungaran berkembang menjadi 40  Lingkungan yang terbagi menjadi 8 Wilayah.

Kekhasan Paroki Kristus Raja Ungaran adalah terletak di ibukota Kabupaten Semarang. Di pusat pemerintahan ini pula hadir berbagai macam suku, budaya, dan agama. Hal ini semakin dipertajam dengan banyaknya perumahan dan pabrik yang dibangun di kawasan Ungaran. Banyak orang, khususnya kaum terpelajar, ber’migrasi’ ke Ungaran. Kehadiran mereka tidak hanya secara fisik, namun juga membawa berbagai macam latar belakang. Hal ini juga mendorong berkembangnya perekonomian. Kekhasan tersebut membutuhkan bentuk karya pastoral tersendiri yang bisa mengangkat Paroki Kristus Raja Ungaran berpotensi menjadi sentral Gereja yang memasyarakat di Kabupaten Semarang. Beberapa bentuk karya pastoral yang sudah dilakukan dan akan terus ditingkatkan antara lain dialog atau kerja sama baik dengan pemerintah maupun tokoh-tokoh agama dan atau golongan, perhatian pada pewartaan agar iman umat semakin dewasa dan siap berinteraksi perlu mendapat perhatian, kelestarian lingkungan hidup yang telah banyak mengalami kerusakan tidak bisa dipandang sepele, paguyuban umat yang terwujud dalam perilaku solider antara satu umat dengan umat yang lain perlu terus diperjuangkan entah dalam pengembangan kehidupan  sosial, budaya, ekonomi, maupun pendidikan.